Rabu, 06 Agustus 2014

Black Campaign Kematian Jokowi Sebuah analisis dari sudut pandang Public Relations


W. Emerson Reck, Public Relations Director, Coltage University berpendapat humas adalah “Kelanjutan proses penetapan kebijakan, penentuan pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan orang-orang atau golongan agar orang atau lembaga itu memperoleh kepercayaan dan itikad baik dari mereka. Pelaksanaan kebijakan, pelayanan, dan sikap untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.” (www.sinergyconsulting.com)
Dari definisi diatas, sudah dapat menggambarkan bahwa Public Relations atau Humas memiliki peran dan fungsi untuk melanjutkan proses kebijakan suatu lembaga, kepentingan orang lain atau golongan sehingga mereka mendapat kepercayaan dan itikad baik atau biasa di sebut dengan citra yang positif. 

Citra yang dibangun oleh seorang humas tersebut juga memiliki cara-cara atau tindakan yang dapat merepresentasikan citra positif yang ingin ditunjukan kepada khalayak luas. Cara-cara yang dipilih seorang humas dalam memperoleh sebuah citra yang baik dan positif pun terkadang memilih jalan pintas. Terlalu banyak publisitas tanpa memperhatikan substansi citra tersebut juga tidak akan terbentuk. Karena tidak dapat dihindari lagi bahwa khalayak luas adalah kahalayak aktif yang tidak dengan mudah mempercayai apa yang telah di beritakan pada media saat ini.
Campaign atau kampanye merupakan salah satu cara yang dilakukan humas untuk mempromosikan seseorang atau lembaga terhadap isu tertentu. Campaign ini menjadi tools yang digunakan humas mengkomunikasikan pesan kepada khalayak bahwa seseorang atau lembaga yang menjadi klien memiliki kinerja yang baik, dapat di percaya oleh khalayak luas, yang kemudian pada akhirnya perlahan-lahan dapat membentuk citra positif terhadap seseorang atau lembaga tersebut.
Seperti halnya dengan campaign calon presiden. PR atau humas adalah orang balik layar yang mengkonsep campaign tersebut agar pesan yang ingin disampaikan capres sampai pada khalayak luas. Mengkonsep campaign yang efisien dan efektif ini membutuhkan strategi khusus yang kemudian memiliki dampak yang besar terhadap capres. Dampak atau efek ini yang nantinya akan berpengaruh kepada jumlah suara yang akan memilih capres tersebut. Dalam posisi ini seorang PR atau humas hendaknya mengkomunikasikan fakta yang dapat dijadikan keunggulan sang capres, sehingga tidak dikatakan hanya pencitraan.
Lalu, bagaimana dengan Black Campaign yang menimpa Jokowi ? Apakah ini adalah pekerjaan seorang PR ?
Menurut penulis bisa saja bahwa berita kematian Jokowi yang merupakan salah satu black campaign yang tertuju pada Jokowi adalah strategi PR atau humas pihak lawan yang menjadi rival Jokowi dalam pencalonan presiden. Pihak lawan Jokowi ini pun semakin luas dikarenakan banyaknya pendukung pada masing-masing kubu.
Jikalau memang terbukti, apa yang dilakukan PR atau humas tersebut sangat tidak beretika. Etika yang dilanggar pun dapat di bagi dalam 3 etika yaitu etika sebagai norma sosial, etika profesi PR, dan etika program PR. Etika sebagai norma sosial, bahwa black campaign kematian seseorang sudah sangat keterlaluan. Jokowi masih hidup sehat kemudian mendapat berita kematian dirinya merupakan hal yang di luar ambang batas etika di masyarakat.
Kemudian black campaign kematian Jokowi juga melanggar etika profesi PR, di mana di dalamnya terdapat kode etik PR yang menyebutkan seorang PR haruslah berlaku jujur dan akurat dalam semua komunikasi, menghindari praktik penipuan. (Cutlip,Broom.2009 : 161) Black campaign ini juga melanggar etika program PR. Dimana di dalam etika sebuah program PR haruslah memenuhi dan tidak melanggar hak orang lain. Strategi menyebarkan berita kematian Jokowi sangat tidak beretika dan sangat melanggar etika program PR. Ketika persaingan menjadi sangat sengit, kualitaslah yang menjadi jaminannya.
Pada dasarnya, black campaign kematian Jokowi ini adalah salah satu cara menjatuhkan Jokowi. Pengaruh atau tidaknya berita busuk tersebut bergantung pada  masyarakat yang menilai. Karena masyarakatpun sudah aktif dan dapat menentukan sendiri pilihannya. Dengan adanya black campaign tersebut membuat masyarakat tidak simpatik dan justru mencerca campaign yang sudah kelewat batas. Seorang PR dengan strateginya pun juga hendaknya mengikuti kaedah dan aturan yang sesuai agar di terima oleh masyarakat luas.
           


Daftar Pustaka
Cutlip, Scott.M., ET AL. 2009. Effective Public Relations. Jakarta : Kencana
Lattimore, Dan, dkk. (2010). Public Relations the proffesion and the practice, 3rd ed. Jagakarsa, Jakarta, Indonesia : Salemba Humanika.
PT. Sinergi Rekacipta Persada. (2011). Dasar-dasar humas:pengertian humas. www.sinergy-consulting.com/dasar-dasar-humas-pengertian-humas/ . Rabu, 4 September 2013.
Kaskus. Kumpulan Black Campaign ke Jokowi. http://m.kaskus.co.id/thread/53665d59a4cb179c518b4697/kumpulan-black-campaign-ke-jokowi . Senin, 02 Juni 2014



Tidak ada komentar:

Posting Komentar