Minggu, 08 Juni 2014

“Proses Organizing PMKRI”

Perkembangan ekonomi serta politik di Indonesia mengalami perubahan yang cukup signifikan. Tidak ada yang dapat membantah bahwa kehidupan ekonomi dan politik ini saling mempengaruhi interdependen. [1]Konstelasi dan stabilitas politik sangat mempengaruhi mungkin tidaknya kebijakan-kebijakan ekonomi tertentu diberlakukan. Tingkat perkembangan ekonomi sangat menentukan pola pikir dan toleransi di bidang politik. Hal ini juga akan berdampak terhadap organisasi-organisasi yang ada. Perkembangan yang kemudian saling mempengaruhi elemen-elemen di dalamnya membuat adanya ketergantungan seperti siklus dan siklis yang tidak dapat berhenti.
            Berbicara mengenai organisasi, pengertian menurut Robbins adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar, terdiri atas dua orang atau lebih dan yang relatif terus-menerus guna mencapai satu atau serangkaian tujuan bersama. Organisasi memiliki anggota yang dapat dikatakan sebagai individu-individu yang terstruktur. Individu tersebut membutuhkan penyesuain dengan keadaan sekitar organisasi. Penyesuaian atau adaptasi terhadap organisasi didefinisikan sebagai kapasitas organisasi untuk merangkul perubahan atau diubah agar sesuai dengan lingkungan yang berubah.
           

          Hidupnya sebuah organisasi juga di tentukan bagaimana organisasi tersebut dapat melihat situasi di sekitarnya. Situasi yang di maksud adalah bagaimana sebuah organisasi melihat perkembangan yang dapat mempengaruhi organisasi. Kemampuan sebuah organisasi untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman pun harus di tingkatkan. Banyak perkembangan zaman yang sekiranya dapat membuat sebuah organisasi tersebut menjadi lebih modern. Sebagai contoh misalnya organisasi dalam bidang profit. Dengan adanya perkembangan di bidang teknologi, sebuah organisasi dapat memiliki kemudahan dalam bertransaksi penjualan maupun pembelian yang kemudian akan berdampak pada peningkatan keuntungan. Kemudahan tersebut dapat dilihat dengan adanya mesin ATM yang memperlancar transaksi pengiriman tanpa harus menunggu lama. Kemudian dengan adanya internet, setiap organisasi mampu memperkenalkan keunggulannya sebagai organisasi untuk dapat bersaing dengan organisasi lain di dunia luar.
            Organisasi non profit pun juga sebaiknya mengikuti perkembangan zaman, baik itu ekonomi, politik maupun teknologi dan lainnya. Hal ini juga menguntungkan bagi organisasi tersebut, karena secara tidak langsung manusia itu dinamis di mana adanya perubahan-perubahan di masyarakat. Hendaknya organisasi pun dapat menyesuaikan dengan perubahan masyarakat yang agar nantinya organisasi tersebut masih dapat terus ‘hidup’.
            Adaptasi suatu organisasi terhadap perkembangan ekonomi, politik, teknologi dan lainnya dirasa perlu dan selayaknya terjadi. Seperti yang telah di paparkan bahwa organisasi terdiri dari individu-individu yang berkumpul memiliki tujuan yang sama, individu ini merupakan benda dinamis yang akan selalu mengalami perubahan. Perubahan yang di alami individu ini pun juga di perngaruhi karena adanya perkembangan ekonomi maupun politik di lingkungan sekitarnya. Keterkaitan ini akan menjadi sebuah siklus yang saling berpengaruh satu dengan yang lain.
            Proses mengadaptasi sebuah nilai, sudut pandang atau ideologi ini kemudian akan di bahas lebih lanjut dengan teori enactment oleh Karl Weick. Menurut beliau, proses pengorganisasian merupakan sebuah pengurangan equivocality dari sebuah perubahan yang di alami sebuah organisasi. Weick berpendapat bahwa organisasi berada dalam suatu lingkungan yang bukan hanya lingkungan fisik akan tetapi lingkungan informasi. Sebuah organisasi akan dikelilingi dan di penuhi berbagai macam informasi yang berasal dari berbagai sumber. Disinilah kemudian proses organizing Weick di gunakan untuk mengurangi keambiguitas dari sebuah pesan yang di terima.
            Terdapat tiga tahapan dalam Weick’s organizing untuk mengurangi equivocality. Yang pertama adalah enactment. Enactment merupakan proses di mana organisasi menciptakan lingkungannya sendiri dengan cara melakukan interpretasi dan memberikan makna terhadap suatu hal yang terjadi atau input yang ada.
Yang ke dua adalah selection. Dalam tahap ini, organisasi menetapkan pilihan dan penentuan makna terhadap suatu input yang masuk. Tahap ini akan terbentuk assembly rules dan communications cycle. Assembly rules merupakan prosedur yang bisa memandu anggota organisasi dalam menetapkan pola tertentu. Sedangkan communications cycle anggota organisasi berusaha memahami situasi dalam lingkungan yang equivocality.
Dan tahap terakhir adalah retention. Sebuah tahap yang telah memiliki standar khusus, peraturan atau menjadi pedoman yang telah di setujui bersama sebagai suatu kebiasaan ketika menghadapi input yang sama. Sebuah penciptaan standar khusus ini juga merupakan proses penetapan dari berbagai macam communications cycle yang kemudian menjadi sebuah rules dari sebuah organisasi.
             Dalam essai ini yang akan diangkat menjadi studi kasus adalah bagaiman organisasi PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia) melakukan proses organizing sesuai dengan perkembangan ekonomi dan politik dan faktor lainnya untuk tetap bertahan di tengah persaingan organisasi serupa yang lebih ‘hidup’.
            PMKRI merupakan singkatan dari Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia yang merupakan organisasi kemahasiswaan berbasis politik yang melibatkan agama. Banyak organisasi yang serupa dengan PMKRI seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), Ta Hsioh (perkumpulan mahasiswa Tionghoa), dll. PMKRI berdiri pada tanggal 25 Mei 1947 di Yogyakarta. Singkat cerita, PMKRI merupakan salah satu organisasi yang mengambil peran dalam menunjukan perjuangan sebagai organisasi yang bertujuan ikut serta mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila. PMKRI gentar melawan situasi saat G30SPKI, dan kemudian saat masa orde baru yang banyak penyimpangan.
            Sebagai sebuah organisasi yang sangat terstruktur PMKRI memiliki pengurus pusat yang berada di Jakarta, dan kemudian memiliki 20 cabang PMKRI yang tersebar di seluruh Indonesia seperti PMKRI cabang Nias, Medan, Padang, Pekanbaru, Yogyakarta, Tondano, Manado, Jayapura dll. Dari setiap cabang yang ada akan memiliki seorang jajaran kepemimpinan yang disebut DPC (Dewan Pimpinan Cabang) yang terdiri dari ketua presidium, sekretaris jendral, bendahara, presidium-presidum sebagai bidang khusus penanganan seperti presidium pengembangan organisasi, presidium pendidikan dan kaderisasi, dan tentunya anggota PMKRI.
  Setiap organisasi pasti memiliki visi dan misi, begitu juga halnya dengan PMKRI. [2]Visi PMKRI yaitu terwujudnya keadilan sosial, kemanusiaan, dan persaudaraan sejati yang di wujudkan ke dalam sebuah misi yaitu berjuang dengan terlibat dan berpihak kepada kaum tertindas melalui kaderisasi intelektual populis dengan dijiwai oleh nilai-nilai kekatolikan demi terwujudnya keadilan sosial kemanusiaan dan persaudaraan sejati. PMKRI juga memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD&ART) yang terususun secara rinci yang dituangkan ke dalam 13 pasal AD dan 16 pasal ART.
            Telah 67 tahun PMKRI berdiri dan melewati berbagai macam fase perkembangan ekonomi dan politik di Indonesia. Mulai dari awal kemerdekaan, masa G30SPKI, masa orde baru, masa reformasi hingga sekarang. Dahulu PMKRI bisa dikatakan sebagai organisasi yang sangat politik, berusaha memperjuangakan kepentingan bersama dengan melakukan aksi demo turun ke jalan dan menyuarakan aspirasinya. Namun, jika melihat sekarang, sudah sangat jarang mahasiswa yang peka akan hal politik maupun sosialnya. Sehingga banyak mahasiswa yang tidak simpati dengan PMKRI. Hal ini berdampak pada semakin sedikitnya kader-kader PMKRI yang masuk di zaman sekarang.
[3]Menara News, “Benahi Krisis Kepemimpinan, PMKRI Gelar Kongres Ke XXVIII dan MPA ke XXVII” PMKRI mengadakan kongres sebagai suatu cara untuk
“Tujuan kongres ini adalah bagaimana kita bisa mengevaluasi kepimpinan saat ini dan bagaimana kemudian peran pemuda saat ini dalam kepimpinan saat itu, titik utamanya bahwa kaum muda sudah waktunya untuk mengambil bagian dalam kepimpinan nasional karena terjadi krisis kepimpinan saat ini dan PMKRI cabang Surabaya, secara organisasi sedang mengalami krisis kader dan itu yang kami benahi saat ini” Ungkap Nino ketua presidium PC PMKRI Surabaya
 Sesuai dengan berita di atas bahwa krisis kepemimpinan terjadi pada PMKRI dan juga beberapa organisasi penggerak lainnya. Situasi ini membuat PMKRI harus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Proses enactment berjalan dalam fase ini. PMKRI dengan sistem dahulu agak sulit jika di terapkan saat sekarang yang mana para mahasiswa sudah tidak mulai peka dengan politik dan melakukan aksi protes berdemo. Di samping itu pula, banyak organisasi kemahasiswaan lainnya yang lebih menggiurkan, dalam arti bahwa lebih membuat fun, yang tidak kaku seperti halnya PMKRI. Kekakuan PMKRI ini dapat dilihat dengan aturan-aturan atau tradisi PMKRI yang bersifat resmi. Sifat resmi tersebut misalnya, penggunaan atribut lengkap ketika melakukan rapat, menyanyikan lagu himne, kemudian penggunaan diksi yang resmi membuat PMKRI beda dengan organisasi kemahasiswaan sekarang yang cenderung santai, luwes dan tidak kaku seperti halnya PMKRI. Berdasarkan situasi tersebut, PMKRI tidak memungkinkan untuk mengikuti sama dengan sistem organisasi lain demi menarik simpati untuk menjadi anggota. Tetapi PMKRI melakukan pemilihan tindakan yang sesuai dengan visi misi serta esensi awal PMKRI terbentuk. Proses selections PMKRI ini akhirnya memutuskan untuk melakukan rekreasi yang tidak hanya sekedar memikirkan negara, melakukan aksi demo, berdiskusi secara serius tetapi juga melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat hiburan. Yang kemudian kegiatan tersebut menjadi acara bulanan PMKRI. Contohnya adalah PMKRI cabang Yogyakarta, setiap akhir bulan ada kegiatan rekreasi ke pantai, gembira loka, atau mengunjungi DPC di berbagai kota. Hal ini mengalami proses retention PMKRI yang menjadi sebuah peraturan atau kebiasaan baru PMKRI yang berbeda dengan yang dulu.
Proses organizing PMKRI ini juga sering terjadi seperti halnya pada tahun 2003 lalu, di mana PMKRI melakukan Lokakarya Nasional Transformasi Organisasi di Surakarta. Alasan dilakukannya Loknas TO ini adalah banyaknya cabang-cabang PMKRI yang masih kebingungan mengenai transformasi organisasi yang dilakukan. Penyebaran informasi yang kurang, kemudian banyaknya keambiguitas cabang dan anggota terhadap transformasi organisasi PMKRI ini.
 “Perubahan adalah sesuatu yang abadi di dunia ini. Pernyataan tersebut tentu saja berlaku juga terhadap PMKRI sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam masyarakat dunia. Sebagai organisasi pembelajar, kegelisahan akan keadaan PMKRI dan keinginan untuk berubah ke arah yang lebih baik menjadi semangat yang mendasar bagi PMKRI baik pengurusnya maupun anggotanya.” - E. Melkiades Laka Lena & Galata Conda P
            Loknas TO yang diadakan ini pun menjadikan PMKRI lebih baik dari tahun sebelumnya memiliki fokus yang lebih jelas. Serta aturan yang menegaskan untuk bebas dari unsur partai politik. Seperti halnya sebelum transformasi organisasi ini di jalankan, banyak unsur-unsur kepentingan partai politik yang memanfaatkan PMKRI. Transformasi ini menetapkan bahwa PMKRI sebagai organisasi gerakan yang independen dan bebas dari berbagai unsur kepentingan. PMKRI memfokuskan pada visi dam misi di awal berdiri sebagai sebuah organisasi mahasiswa katholik yang peka terhadap sosial, politik Indonesia.
            Dari paparan penjelasan di atas, bahwa setiap organisasi baik itu pemimpin maupun organisasinya haruslah mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Perkembangan sosial, ekonomi maupun politik yang di organizing menjadi sebuah rules baru sebuah organisasi  untuk dapat ‘hidup’.
Kita tidak bisa menutup diri pada perubahan sosial yang begitu kompleks dan tak terduga dalam situasi yang tak menentu ini. Begitu banyak lubang-lubang yang menjerat organisasi ke dalam konflik kepentingan, ideologi mainstream, maupun status quo yang membuat PMKRI akan semakin ambigu dan yang pasti akan sulit PMKRI untuk bersikap serta menentukan fokus gerakannya.”- Evodius Beni Cahyadi Maryanto
Ketua Presidium PMKRI Cabang Surakarta “Santo Paulus”











Daftar Pustaka

Cicchini, Emily Ball. 2012. The Social Psychology of Organizing by Karl Weick. http://www.emilyballcicchini.com/2012/06/22/the-social-psychology-of-organizing-by-karl-weick/ . Jumat, 25 April 2014
Gie, Kwik Kian. 1995. Analisis Ekonomi Politik Indonesia. Gramedia : Jakarta
Hedebro, Goran. 1982. Communication and Social Change in Developing Nations. The Iowa State University Press : Iowa
Kotter, John P. 1997. Power and Influence. Grafika Desa Putra : Indonesia
MenaraNews. 2013. Benahi Krisis Kepemimpinan, PMKRI Gelar Kongres Ke XXVIII dan MPA ke XXVII. http://www.menaranews.com/regionalx/jawa-bali/4926-benahi-krisis-kepimpinan-pmkri-gelar-kongres-ke-xxviii-dan-mpa-ke-xxvii Kamis, 24 April 2014
PMKRI.____. Modul Masa Penerimaan Anggota Baru Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia. PMKRI : Yogyakarta
PMKRI. 2003. Rekaman Lokakarya Nasional Transformasi Organisasi PMKRI. PMKRI : Surakarta.
Poole, Marshall Scott. 2000. Perspectives on Organizational Communication. Guilford Publications : New York.
Riel van, C.B.M. 2000. Strategic Corporate Communication. Samson bv : Amsterdam
Soelaiman, M.Munandar. 1998. Dinamika Masyarakat Transisi. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Roen, Ferry. 2011. Teori Enactment. http://perilakuorganisasi.com/karl-e-weick-teori-enactment.html . Kamis, 24 April 2014
Weick, Karl E. 1979. The Social Psychology of Organizing. Reading MA: Addison-Wesley





[1] Gie,Kwik Kian.1995. Analisis Ekonomi dan Politik Indonesia. Gramedia : Jakarta. Hal 3
[2] PMKRI.___.Modul Masa Penerimaan Anggota Baru PMKRI. PMKRI : Yogyakarta. Hal 19
[3] MenaraNews. 2013. Benahi Krisis Kepemimpinan, PMKRI Gelar Kongres Ke XXVIII dan MPA ke XXVII. http://www.menaranews.com/regionalx/jawa-bali/4926-benahi-krisis-kepimpinan-pmkri-gelar-kongres-ke-xxviii-dan-mpa-ke-xxvii Kamis, 24 April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar