Senin, 06 Januari 2014

“Pengukuran Keberhasilan Program CSR Nestle”

Keberhasilan program public relations tidak hanya dapat dilihat dari evaluasi perubahan sikap dan perilaku. Banyak aspek lain yang harus dilihat untuk menilai apakah suatu keberhasilan usaha yang telah dilakukan public relations dikatakan membawa dampak yang baik bagi perusahaan atau malah merugikan. Selain perubahan perilaku yang nantinya akan mempengaruhi tingkat penjualan adalah salah satu keberhasilan public relations yang dapat dinilai secara gamblang dan jelas bahwa usahanya mendatangkan keuntungan. Namun, terdapat juga bentuk usaha public relations yang “tidak berwujud (intangible)”, namun pengukurannya juga dapat dilihat dan diteliti. Dampak usaha intangible ini akan membuat citra perusahaan lebih baik.
Keberhasilan sebuah program yang dilakukan PR dapat dilakukan dengan melakukan riset evaluasi. [1]Terdapat beberapa model dalam melakukan riset evaluasi. Seperti Macro-Model Evaluation of Public Relations Programe oleh Jim Macnamara.

Pada gambar tersebut menjelaskan bagaimana proses untuk menilai / mengevaluasi suatu program public relation. Di bagian bawah terdapat input yang didasarkan pada informasi awal dan rencana. Dan yang paling ujung adalah hasil objektif. Bagian input merupakan segala bentuk kualitas informasi, pilihan media, dan isi dari komunikasi. Hal ini kemudian akan berpengaruh pada output. Itu yang dinamakan pruduksi dari sebuah komunikasi contohnya seperti press release, brosur, berita di koran atau media massa lainnya. Dari hasil pemberitaan inilah sebuah komunikasi dapat dicapai. Bahwa apa yang ingin di informasikan dan disampaikan dapat tersalurkan.
Pengukuran yang dapat dilakukan untuk keberhasilan yang nyata atau tidak nyata ( intangible) dapat dilakukan dengan cara objektif dan subjektif. [2]Pengukuran yang objektif yang dapat dilakukan adalah :
1.      Perubahan dalam berperilaku.
Pengukuran ini menjadi pengukuran yang dapat dikatakan program public relations yang sangat berhasil ketika dampak dari perubahan berperilaku tersebut membawa profit yang menggiurkan. Sebagai contoh adalah Cause-Related Marketing yaitu sebuah korporat yang membuat sebuah program untuk mengubah perilaku publik untuk mengkonsumsi suatu produk dengan alasan kontribusi atau donasi sebagai wujud bantuan untuk menyelesaikan masalah sosial.
Program public relation yang menerapkan ini adalah PT. Danone untuk produk Aqua. Publik diajak untuk membeli produk yang kemudian dengan membeli produk tersebut dapat mendonasikan untuk penyediaan air bersih di daerah Papua. Perubahan perilaku ini akan berdampak pada penjualan aqua yang membawa profit bagi korporat atau perusahaan.
2.      Respons.
Setiap program yang sudah dijalankan pasti mendapatkan sebuah respon. Terlepas positif atau negatif. Respon yang positif sangat baik tentunya bagi perusahaan terkait. Respon yang postif ini akan menghasilkan dampak-dampak yang dapat dirasakan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung misalnya seperti memberikan komentar melalui sarana yang sudah dipersiapkan sebagai sarana untuk menyampaikan komentar. Tidak langsung misalnya dengan penyampaian dari mulut ke mulut antara satu orang dengan orang lainnya.
Respon dari publik akan program yang telah dijalankan menjadi faktor juga apakah program public relations berhasil atau tidak, dapat dilanjutkan atau tidak dan sebagai sarana untuk mengevaluasi apa yang sudah baik ataupun yang harus diperbaiki lebih baik.
[3]Contoh nya adalah respon masyarakat NTT terhadap iklan Unilever produk sabun lifebuoy. Menurut portal berita liputan6.com Iklan sabun Lifebuoy yang berjudul `5 Tahun Bisa untuk NTT` diprotes warga Nusa Tenggara Timur karena dianggap melecehkan warga setempat. Program baik Unilever ini seakan dicekal karena respon warga yang tidak memihak. Dan pada akhirnya iklan tersebut tidak ditayangkan kembali.
Lalu, apakah dengan kejadian tersebut dapat dikatakan program public relation PT Unilever gagal? Tentu tidak, karena masih ada hal lain yang dipertimbangkan agar sebuah program dikatakan berhasil.
3.      Perubahan dalam sikap, opini, perhatian publik. Mengubah opini mungkin lebih dapat dikatakan mudah ketimbang mengubah perilaku seseorang. Perubahan opini menjadi lebih baik sama halnya dengan respon, bedanya hanya pada respon cakupannya lebih luas karena disertai aksi. Sedangkan opini hanya sebuah pendapat yang dapat berubah seiring dengan pembuktian fakta.
4.      Achievements. Penyampaian atau target ini merupakan tolak ukur keberhasilan program public relation yang akan dijalankan. Ketika hasil dalam riset evaluasi melebihi target yang ditentukan, sudah pasti program tersebut berhasil.
5.      Cakupan media, isi, distribusi, seberapa yang baca, mendengar atau melihat berita mengenai program yang akan dijalankan.
6.      Budget control dan value for money. sebelum menjalankan sebuah program, seorang public relations seharusnya sudah memiliki daftar budget sebagai kontrol uang yang akan digunakan. Dan juga pasti sudah menentukan nilai dari budget yang dikeluarkan.
Pengukuran tingkat keberhasilan juga dapat dilihat dari pengukuran secara subjektif. Dapat dilihat dengan antusiasme yang menjadi sasaran program atau yang menjadi penyelenggara program, efisiensi serta profesionalisme penyelenggara, kreatifitas, dan inisiatif. 
            Pengukuran untuk mengetahui keberhasilan yang tidak nyata (intangible) adalah dengan menggunakan efektivitas publik relations. Yaitu dengan :
1.      Melihat liputan media serta pengaruhnya. Dengan menggunakan analisis isi, untuk menentukan derajat penerimaan pemirsa terhadap impresi media atau klip, membantu memahami apakah hasil public relations berpengaruh positif atau negatif.
2.      Ukuran kegiatannya. Kadar yang menunjukkan peningkatan liputan media memberi kesan positif pada organisasi yang berpartisipasi pada pameran atau charity benefit sekaligus stakeholder utama yang menghadirinya.
3.      Mulut ke mulut dan media sosial
4.      Pesan berbasis web
Program yang dibuat oleh public relations sangat luas cakupannya. Terdapat program internal yaitu program public relations yang diperuntukan anggota korporat atau perusahaan. Misalnya employee gathering, halal bi halal dengan keluarga karyawan, pelatihan-pelatihan untuk karyawan dll. Sedangkan program public relations eksternal yaitu program public relations yang diperuntukkan di luar korporat. Mengikuti kegiatan yang dilakukan komunitas sekitar, pers gathering, program-program seperti Corporate Social Responsibility (CSR), Corporate Social Marketing, Corporate Philanthropy.
[4]Pelaksanaan CSR / Corporate Social Responsibility di Indonesia terbagi dua. Ada yang bersifat mandatory diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74. Pasal tersebut diperuntukkan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang sumber daya alam diwajibkan melakukan CSR. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga wajib menyisihkan sebagian laba yang diperoleh perusahaan untuk menunjang kegiatan sosial. Kemudian, pelaksanaan CSR yang bersifat voluntary dilakukan oleh perusahaan multinasional dan perusahaan domestik.
            Di indonesia, sudah banyak perusahaan-perusahaan besar maupun kecil yang melakukan CSR. Seperti Unilever yang membantu masyarakat NTT, Danone melalui produk Aqua melakukan penyedian sumber air bersih bagi masyarakat timur. Dan yang akan menjadi pembahasan adalah CSR yang dilakukan oleh Nestle.
Yang menjadi contoh kasus adalah program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh PT. Nestle Indonesia. Nestle merupakan anak perusahaan Nestle SA yang berasal dari Swiss telah melakukan banyak program CSR. Berdasarkan portal berita kabarbisnis.com dikatakan bahwa CSR Nestle Indonesia bertajuk Menciptakan Manfaat Bersama (Creating Shared Value / CSV) memusatkan kegiatan pada tiga bidang, yaitu nutrisi, air, dan pemberdayaan masyarakat.
Di bidang pembangunan pedesaan, sejak tahun 1975, Nestle telah bekerjasama dengan peternak susu di Jawa Timur untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui direct procurement susu segar yang dihasilkan dan pada saat yang bersamaan memperbaiki kualitas dan kuantitas susu yang diproduksi para peternak tersebut. Kini Nestle membeli kurang lebih 600.000 liter susu setiap hari dari sekitar 300.000 peternak susu di Jawa Timur.
Salah satu program CSR Nestle tersebut dikatakan berhasil karena dengan adanya kerja sama dengan peternak susu membuat para peternak mendapat keuntungan. Tidak hanya peternak, perusahaan Nestle juga mendapatkan keuntungan. Keberhasilan program CSR Nestle ini dilihat dari perubahan perilaku yang dilakukan para peternak untuk membuat produk susu yang dihasilkan menjadi kualitas terbaik. Mereka menggunakan dan mengadopsi masukan-masukan yang di jelaskan Nestle dan merubah kebiasaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Sesuai dengan teori yang diungkapkan sebelumnya, selain dengan melihat perubahan perilaku dari target program public relation yang dalam kasus ini CSR PT. Nestle dapat juga dilihat dari banyak media yang memberitakan program CSR tersebut. Press release yang disebarkan dikeluarkan dengan membawa dampak bagi perusahaan Nestle. Keberhasilan Nestle ini juga dilihat dengan efek saling menguntungkan kedua belah pihak. Dengan sama-sama saling menguntungkan akan membuat CSR sebagai progam public relations Nestle membawa profit yang besar bagi keberlangsungan perusahaan Nestle. Pemberian respons yang positif serta opini masyarakat desa yang baik juga menjadi ukuran program CSR Nestle dikatakan berhasil. Respons yang positif akan mempengaruhi minat kerja para peternak, kemudian juga akan memotivasi untuk melakukan tindakan yang akan mendukung keuntungan kedua belah pihak.
Keberhasilan secara intangible atau yang tidak berwujud yang didapat Nestle adalah citra positif perusahaan Nestle sebagai perusahaan yang bergerak di bidang nutrisi, air, dan pemberdayaan masyarakat salah satu terbaik di Indonesia. Pengukuran yang dilakukan adalah dengan seberapa banyak tulisan yang menuliskan mengenai Nestle dan program CSVnya. Kemudian dengan melihat berbagai respons terhadap perusahaan yang menjunjung tinggi keuntungan bersama. Semakin sering program yang melibatkan keuntungan akan semakin membuat citra perusahaan semakin postif. Karena kekuatan akan citra perusahaan akan sangat mempengaruhi produktivitas perusahaan.
Dari contoh di atas, dapat dikatakan bahwa perubahan perilaku tidak selalu menjadi pengukuran yang paling utama keberhasilan suatu program public relations. Banyak aspek yang dapat dilihat untuk menentukan suatu keberhasilan. Dan juga penentuan target awal saat membuat program mencapai titik yang dikatakan berhasil, walau perubahan perilaku bukan merupakan target utama. Pencapaian target yang ditentukan tersebut adalah puncak keberhasilan suatu program public relations.






Daftar Pustaka
Gregory, Anne. 2003. Planning And Managing A Public Relations Campaign. New Delhi : Crest Publishing House
Herimanto, Bambang. 2007. Public Relations Dalam Organisasi. Yogyakarta : Santusta
Kabarbisnis.com. 2009. CSR Nestle Ciptakan Manfaat Bersama. http://kabarbisnis.com/read/285265 . Rabu, 18 Desember 2013
Kottler, Philip. 2005. Corporate Social Responsibility : Doing the Most Good for Your Company and Your Cause. USA : John Wiley & Sons
Lattimore,Dan; dkk. 2010. Public Relations : Profesi dan Praktik. Jakarta : Salemba Humanika
Liputan6.com. 2013. Iklan Lifebuoy ‘5 Tahun Bisa Untuk NTT’ Tidak Tayang Lagi. http://health.liputan6.com/read/762580/iklan-lifebuoy-5-tahun-bisa-untuk-ntt-sudah-tak-tayang-lagi. Kamis, 19 Desember 2013
Nestle Indoensia. 2011. Laporan Tahunan Nestle Creating Shared Value. http://www.nestle.co.id/ina . Rabu, 18 Desember 2013
Prastowo, Joko.  2011. Corporate Social Responsibility : Kunci Meraih Kemuliaan Bisnis. Yogyakarta : Samudra Biru
Solihin, Ismail. 2008. Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability. Jakarta : Salemba Empat
Watson, Tom and Noble, Paul. 2007. Evaluating Public Relations. http://books.google.co.id/books?id=9CYn7_SCHNMC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false . Kamis, 19 Desember 2013


[1] Gregory, Anne. 2003. Planning And Managing A Public Relations Campaign. New Delhi : Crest Publishing House page 144
[2] Gregory, Anne. 2003. Planning And Managing A Public Relations Campaign. New Delhi : Crest Publishing House page 143 dan 145
[3] Liputan6.com. 2013. Iklan Lifebuoy ‘5 Tahun Bisa Untuk NTT’ Tidak Tayang Lagi. http://health.liputan6.com/read/762580/iklan-lifebuoy-5-tahun-bisa-untuk-ntt-sudah-tak-tayang-lagi Kamis ,19 Desember 2013
[4] Solihin, Ismail. 2008. Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability. Jakarta : Salemba Empat. Page 161

Tidak ada komentar:

Posting Komentar