Senin, 13 Mei 2013

Teori Spiral Keheningan



       I.            Latar Belakang
            Berawal dari konsep adanya sebuah opini atau pandangan dari masyarakat yang membahas suatu topik masalah tertentu. Akan tetapi dalam perkembangannnya opini itu tidak bisa selalu statis melainkan selalu berkembang. Di satu sisi ada media yang membantu mengembangkan opini itu kepada masyarakat (publik). Masyarakat yang menjadi objek tujuan pun ada yang menganggap setuju dan ada yang tidak terhadap suatu pemberitaan. Masyarakat dalam teori ini dibagi menjadi dua masyarakat mayoritas dan minoritas.
            Teori ini ditemukan oleh Elizabeth Noelle-Neuman pada tahun 1970. Teori spiral keheningan menyatakan bahwa orang yang yakin bahwa mereka memiliki sudut pandang yang minoritas tentang isu publik akan tetap dibatasi; mereka yang yakin bahwa mereka memiliki sudut pandang yang mayoritas akan lebih terdorong untuk membuka suara.
            Dalam perkembangan media, media akan lebih berfokus kepada kaum mayoritas dan meremehkan pandangan minoritas. Hal ini dikarenakan peminat terhadap suatu pemberitaan  mayoritas lebih menguntungkan. Karena itu media mempunyai dampak yang besar, awet dan mendalam terhadap opini publik. Mereka yang minoritas akan menjadi lebih tidak asertif dalam mengkomunikasikan opini mereka, dan karenanya menyebabkan munculnya sebuah spiral komunikasi yang bergerak kebawah.
    II.            Komponen utama Teori SK
            Komponen itu adalah Opini, Publik dan Opini Publik :
·         Opini adalah sebuah pandangan atau ekspresi dari suatu sikap seseorang. Opini itu bisa dijadikan pilihan yaitu diterima atau tidak diterima oleh publik.
·         Publik adalah manusia itu sendiri atau sosial atau juga dikatakan khalayak luas.
·         Opini Publik adalah “pandangan, sikap atau perilaku” yang diekspresikan seseorang di depan publik, supaya tidak terisolasi.
Pada intinya, opini publik merujuk pada sentimen kolektif dari sebuah populasi terhadap subjek tertentu. Dan media yang mengendalikannya yaitu dengan cara media memiliki hak untuk bisa memilih topik yang menarik dan membuatnya menjadi kontroversial.

 III.            Asumsi Teori SK

1.         Masyarakat mengancam individu-individu yang menyimpang dengan adanya isolasi, rasa takut terhadap isolasi sangat berkuasa.
Dalam hal ini masyarakat memegang kekuasaan terhadap mereka yang tidak sepakat melalui ancaman akan isolasi. Ketika orang-orang tersebut sepakat mengenai satu nilai yang disetujui bersama, maka ketakutan akan isolasi akan berkurang. Ketika terdapat perbedaan pendapat atau nilai, tekanan dan ketakutan isolasi akan muncul.
2.         Rasa takut akan isolasi menyebabkan individu-individu untuk setiap saat mencoba menilai iklim opini.
Penilaian itu muncul karena mereka menerima informasi. Penilaian terhadap opini lebih menekankan pada observasi pribadi dan media. Ada istilah yang muncul di sini yaitu indra kuasi-statistik, kemampuan orang melihat sisi kekuatan yang berlawan dari isu publik. Dalam hal ini orang lebih merasa pintar dan sangat waspada karena bisa melihat opini itu benar atau tidak dan bisa menempatkan diri pada pihak yang setuju atau pura-pura tidak setuju. Ketidaksadaran Pluralistik adalah pengamatan yang keliru mengenai perasaan kebanyakan orang terhadap isu publik.
3.      Perilaku publik dipengaruhi oleh evaluasi  akan opini publik.
Perilaku publik yang terdapat disini yaitu ikut berbicara mengenai suatu topik atau tetap diam. Jika individu mendukung suatu pandangan ia akan lebih mengkomunikasikan, dan sebaliknya. Dalam hal ini manusia memiliki keengganan berdiskusi dengan orang yang tidak didukung kaum mayoritas.

 IV.            Pengaruh Media
Dalam Teori Spiral Keheningan ini media memberikan dorongan yang kuat, media dianggap sebagai percakapan satu sisi yang merupakan komunikasi publik yang tidak langsung dimana orang tidak dapat memberikan respon. Kesediaan untuk mengemukakan pendapat sangat bergantung kepada media. Media dapat berpengaruh dalam spiral keheningan ini dalam tiga cara:
a.       Media membentuk kesan tentang opini yang dominan;
b.      Media membentuk kesan tentang opini mana yang sedang meningkat; dan
c.       Media membentuk kesan tentang opini mana yang dapat disampaikan di muka umum tanpa menjadi tersisih.
Noelle-Neumann percaya bahwa publik tidak diberi interpretasi peristiwa dalam berita yang luas dan seimbang. Oleh karenanya, publik diberi pandangan mengenai realitas yang terbatas. Pendekatan yang terbatas ini dalam meliput berita juga mempersempit persepsi seseorang. Pengaruh media terhadap persepsi publik dapat dipelajari lebih lanjut pada catatan penelitian. Tiga pertimbangan yang diungkapkan para teoretikus tentang karakteristik media antara lain:
a.       Ubikuitas : merujuk pada fakta bahwa media adalah sumber informasi yang berkuasa, jumlahnya yang banyak dan tersebar luas membuat banyak orang bergantung kepada media saat mencari informasi.
b.      Kekumulatifan : merujuk pada proses media yang mengulangi dirinya sendiri melintasi program. Teori ini menyatakan bahwa persetujuan terhadap suatu suara memengaruhi informasi apa yang dikeluarkan kepada publik untuk membantu mereka membentuk suatu opini.
c.       Konsonansi : berhubungan dengan kesamaan keyakinan, sikap dan nilai yang dipegang oleh media. Konsonansi dihasilkan dari tendensi orang-orang berita untuk menginformasikan ide dan opini mereka sendiri, dan ini seperti membuat opini berasal dari publik. Hal ini memungkinkan pendapat mayoritas untuk didengar, dan mereka yang ingin menghindari isolasi akan tetap diam.
Ketika orang mengidentifikasi apa yang harus diperhatikan, menentukan pertanyaan apa yang harus ditanyakan, dan menentukan apakah berbagai kebijakan sosial dan program efektif atau tidak, dalam hal ini orang mengalami iklim dari opini publik melalui media massa. Lebih jelasnya, iklim ganda dari opini adalah perbedaan antara persepsi populasi mengenai isu publik dan cara media memberikan laporan mengenai isu tersebut.

gambaran mengenai teori spiral keheningan.
mayoritas berada di atas di mana lebih sering berpendapat di banding
dengan minoritas yang berada di bawah. para minoritas memiliki sedikit kemampuan
dan kesempatan untuk beropini.
    V.            Pengujian menggunakan kereta api
Uji kereta api adalah penilaian mengenai sejauh mana orang akan mengemukakan opini mereka. Dalam Teori Spiral Keheningan mengatakan bahwa, orang dari dua sisi yang berbeda mengenai suatu isu akan bervariasi dalam kesediaan mereka untuk mengungkapan pandangan mereka ke publik. Uji kereta api ini mengungkapkan beberapa factor yang membantu menentukan apakah seseorang menyuarakan opini. Hal tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Pendukung dari opini yang dominan lebih bersedia untuk menyuarakan opini dibandingkan mereka yang memiliki opini minoritas.
2.      Orang dari kota besar yang adalah pria yang berusai antara 45 dan 49 lebih bersedia menyuarkan pendapat.
3.      Orang akan lebih menyuarakan pendapat jika pendapat ini sesuai dengan keyakinan mereka dan juga sesuai dengan tren terkini dan semangat dari kelompok usianya.
4.      Terdapat berbagai cara untuk menyuarakan pendapat – misalnya menempelkan poster, stiker pada mobil dan mendistribusikan selebaran.
5.      Orang akan menyuarakan pendapat jika itu sejajar dengan pandangan masyarakat.
6.      Orang cenderung berbagi pendapat dengan mereka yang sepakat dibandingkan dengan mereka yang tidak sepakat.
7.      Orang mendapatkan kekuatan akan keyakinan melalui berbagai sumber, termasuk keluarga, teman, dan kenalan.
8.      Orang mungkin akan terlibat dalam ayunan menit terakhir / melompat ke sisi opini yang populer pada saat terakhir percakapan.

Uji kereta api telah membuktikan dirinya sebagai pendekatan yang menarik dalam mempelajari opini publik. Metode ini juga meyimulasikan perilaku publik ketika pemikiran yang berbeda muncul mengenai sebuah topik sehingga mereka yang bersedia untuk menyuarakan pendapat, terdapat kesempatan untuk menggoyahkan orang lain.

 VI.            Hard core
Para hard core merupakan kaum minoritas dari opini publik yang tadinya diam namun berusaha mencoba bangkit untuk menentang opini publik yang diyakini kaum mayoritas. Mereka berusah membalikkan atau mengubah opini publik yang sebelumnya terbentuk. Mereka bisa juga disebut sebagai para penyimpang yang berusaha menentang cara berfikir yang dominan dan siap langsung mengonfrontasi siapapun yang menghalangi mereka.
Para hardcore adalah kaum minoritas pada ujung akhir spiral keheninga yang menentang ancaman akan isolasi . mereka yang selalu menentang arus utama, apapun konsekuensinya.
Munculnya hardcore dari kaum minoritas yang bersedia menentang tren mencoba bersuara untuk mendidik publik lewat media, dan lama-kelamaan orang-orang terpengaruh dan mengambil sudut pandang mereka. Dalam hal ini para hardcore sangat penting mengubah opini publik mayoritas.
VII.            Kritik dan Penutup
Teori ini dinyatakan sebagai dasar penting dalam mempelajari kondisi manusia. Teori ini juga sangat heuristik yang membuat para peneliti meenggunakan teori spiral keheningan pada berbagai topik yang bervariasi.
Kelemahan teori ini berada pada konsistensi logis dalam beberapa istilah dan konsep. Teori ini dinyatakan gagal dalam membahas keterlibatan ego seseorang dalam sebuah isu. Dan juga Caroll Glynn dan Jack McLeod mengatakan bahwa Noelle-Neuman terlalu berfokus pada media 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar