Ideologi
Ideologi adalah suatu pandangan
atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara yang
sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku
bersama dalam berbagai segi kehidupan.
Atau
dalam pengertian mudahnya adalah pandangan kedepan yang bersifat tidak akan
pernah selesai.
Indonesia
menganut ideologi pancasila, pancasila sebagai ideologi terbuka
dan dinamis Terbuka dalam arti,
pancasila memiliki nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, perwakilan dan
permusyawarahan, keadilan sosial.
Idelogi dikatakan terbuka apabila
pada dirinya memiliki unsur fleksibilitas. Unsur ini mencerminkan adanya
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan
masyarakat, yaitu
adanya penerimaan terhadap interprestasi baru yang sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan zaman. Ideologi ini dapat menerima pengaruh luar yang sesuai atau
menguatkan nilai sehingga dapat berinteraksi dengan ideologi-ideologi lain di
dunia.
Terorisme
Rex A Hudson, dalam karyanya
"The Sociology and Pscycology of Terorisme" (2011), mendefinisikan
teroris adalah kekerasan yang direncanakan bermotivasi politik ditujukan kepada
target-target yang tidak bersenjata oleh kelompok-kelompok sempalan atau
agen-agen bawah tanah, biasanya bertujuan untuk memengaruhi khalayak.
Dr. F. Budi
Hardiman dalam artikelnya yang berjudul “Terorisme:
Paradigma dan Definisi” menyatakan bahwa “Terorisme merupakan
kegiatan yang sudah cukup tua dalam sejarah umat manusia. Fenomena
menakut-nakuti, mengancam, memberi kejutan kekerasan atau membunuh dengan
maksud menyebarkan rasa takut adalah taktik-taktik yang sudah melekat dalam
perjuangan kekuasaan, jauh sebelum hal-hal itu dinamai terror atau terorisme”
Terorisme adalah sebuah kegiatan
yang dilakukan dengan cara terencana dan sesuai dengan target-target yang telah
ditentukan, yang sifatnya ancaman, kekerasan fisik seperti penyelundupan bom
serta mengandung ketakutan yang luar biasa. Oleh karena itu, terorisme
merupakan kejahatan luar biasa yang sudah semestinya harus dibasmi dan ditindak
secara tegas pelakunya, sebab telah membahayakan stabilitas negara Indonesia.
Pemicu terorisme dapat disebabkan
juga oleh faktor ekonomi, sosial, politik, dan bahkan ideologi. Akan tetapi,
dalam realitasnya di Indonesia, pemicu terorisme lebih bermuatan pada ideologi
agama. Ideologi yang dianut pemerintah, dengan ideologi yang dianut para
teroris inilah yang justru berpengaruh terhadap suburnya radikal dan kelompok
teroris. Upaya menyampaikan ketidakpuasan mereka terhadap ideologi yang
berlaku, mereka tidak dapat melakukannya dengan cara yang biasa karena akan
berakibat fatal. Mereka mengirimkan pesan melalui aksi-aksi luar biasa dalam
bentuk teror.
Pelaku terorisme saat ini telah
menyalahi nilai-nilai pancasila, terutama dalam sila Pertama, Ketuhanan Yang
Maha Esa. Dalam sila pertama, setiap warga negara wajib berketuhanan Yang Maha
Esa, sikap saling menghormati dan bekerja sama antar-umat beragama perlu
diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai upaya
menjalankan sila pertama dengan tujuan untuk menghindari praktik aksi terorisme
dan kekerasan atas nama agama dengan tujuan menciptakan kerukunan antar-umat
manusia.
Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab. Sila kedua ini menekankan bahwa setiap warga negara harus selalu
menghargai harkat dan martabat orang lain, tidak boleh berbuat tercela menghina
atau bahkan melakukan ancaman atau teror. Harkat dan martabat manusia harus
dijunjung dengan cara yang adil dan beradab. Pengakuan atas harkat dan martabat
kemanusiaan yakni kedudukan dan derajat yang sama. Saling mencintai sesama
manusia. Mengembangkan sikap tenggang rasa, tepa slira.
Dalam Sila ketiga, upaya merajut
rasa kebangsaan dan cara mengatasi persoalan terorisme harus dipererat kembali
dengan mengimplementasikan sila ketiga atas pancasila dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara sehingga aksi terorisme dapat diatasi dengan menggunakan
pemahaman atas sila ketiga, yakni mengedepankan rasa kebangsaan bersama untuk
persatuan dan kesatuan di antara warga negara Indonesia.
Faktor
penyebab Terorisme
Yang pertama
adalah modernisasi. Di era modern ini banyak manusia yang kehilangan jati
dirinya sendiri. Maka dari itu, setiap manusia mencari jalan keluarnya yaitu
dengan agama. Orang-orang tersebut yang termasuk dalam kelompok fundamentalis.
Kaum fundamentalis adalah orang-orang yang menginginkan agar manusia
menjalankan agama sesuai dengan isi atau esensi asli dari kitab suci tanpa
adanya pemaknaan dan penafsiran yang sesuai dengan masa kini. Mereka berpikir
malah yang menafsirkan agama adalah yang menyimpang dari ajaran agama. Mereka
tidak memiliki aspek historis dan aspek filosofis terhadap suatu teks.
Yang
kedua adalah keenganan manusia untuk saling berdialog. Terutama bagi para
fundamentalis yang tidak ingin adanya dialog. Memang saat ini sudah ada berdialog
dengan para pemuka agama. Namun, yang menjadi masalah adalah, ketika tokoh
agama yang berdialog bagaimana dengan masyarakat umum? Ini yang harus difikirkan kembali. Seharusnya
yang berdialog itu adalah para tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh besar
terhadap suatu kelompok masyarakat.
Yang
ke tiga adalah kapitalisme global. Sebuah paham dimana kekayaan menjadi fokus
utama dari kehidupan seseorang. Kapitalisme memandang manusia sebagai
pragmatis, di mana manusia dianggap sebagai atribut yang melekat, bukan apa
adanya. Kapitalisme memang membawa dampak baik bagi perkembangan IPTEK namun
menimbulkan dampak buruk karena terjadi eksploitasi besar-besaran dan juga
terjadi kesenjangan sosial yang terjadi akibat sifat individualis dan serakah
dalam pola hidup masyarakat.
Dan
faktor-faktor adanya terorisme di Indonesia menurut presiden SBY adalah
- Ideologi
yang radikal
Pemahaman
ideologi yang radikal ini menjadikan permasalahan yang pelik. Sifat radikal
yang membuat masyarakat takut akan memberikan dampak yang sangat buruk bagi
Indonesia.
- Penyimpangan
terhadap ajaran agama keliru, mana jalan menuju surga dan menuju negara.
Ini sangat
jelas, di mana pemahaman agama yang keliru dapat membuat perlakuan yang
berbeda.
- Kondisi
kehidupan yang susah, sulit, absolut dan keterbelakangan sebab kondisi
yang ekstrim memberikan kemungkinan pengaruh dan provokasi.
Kondisi yang
ekstrim seperti yang disebutkan juga menjadi faktor Indonesia terjadi adanya
terorisme. Dengan iming-iming duit dan harta mereka mau melakukan aksi
terorisme seperti bom bunuh diri. Selain itu juga adanya brain washing mengenai ideologi para terorisme tersebut yang terus
menerus di berikan pada calon teroris.
Solusi
Menurut SBY :
- Diperlukan
pendidikan agama dari dini, pendidikan agama yang bisa mencegah
radikalisme, ekstrimisme, sehingga dapat menggunakan akal sehat dengan
normal.
- Memperbaiki
kurikulum yang mempelajari ekstrimisme dan pembangunan merata yang
berlanjut, yang menyentuh sisi-sisi paling fundamental di masyarakat.
- Pengawasan
harus ditingkatkan, intelijen harus bekerja terus menerus selama 24 jam,
yang tajam. Antar tetangga juga saling mengawasi kalau ada yang
mencurigakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar