Senin, 07 Januari 2013

Perspektif Makrososiologi


Perspektif Makrososiologi: Struktur Sosial
Struktur sosial merujuk pada pola khas suatu kelompok, seperti hubungan yang lazim antara kaum laki-laki dan perempuan, atau antara para mahasiswa dan pengajar. Arti penting sosiologi struktur sosial ialah bahwa struktur sosial memandu perilaku kita.

Karena pengaruh struktur sosial sangat meentukan siapa diri kita dan seperti apa kita terlihat, berikut beberapa komponen utamanya:
a.      Kebudayaan
Para sosiolog mempergunakan istilah kebudayaan untuk merujuk bahasa, kepercayaan, nilai, perilaku, dan bahkan gerak-isyarat suatu kelompok. Kebudayaan merupakan rangka terluas yang menentukan kita menjadi orang yang bagaimana. Jika kita dibesarkan di kebudayaan Eskimo, Jepang, Arab, atau Amerika, kita akan tumbuh seperti kebanyakan orang Eskomo, Jepang, Arab, atau Amerika. Dari luar kita akan nampak dan bertindak seperti mereka; sedangkan di dalam kita akan berpikir dan berperasaan seperti mereka.
b.      Kelas Sosial
Untuk dapat memahami orang, kita harus mempelajari lokasi sosial yang mereka tempati dalam kehidupan. Yang paling berperan ialah kelas sosial, yang didasarkan pada penghasilan, pendidikan, dan perstise pekerjaan. Orang-orang yang memiliki penghasilan dan pendidikan yang sama dan bekerja dalam bidang yang prestisenya sedikit-banyak sebanding membentuk kelas sosial.
c.       Status Sosial
Para sosiolog mempergunakan istilah status untuk merujuk posisi yang diduduki seseorang. Posisi tersebut dapat mengandung prestise tinggi, seperti hakim atau astronot, atau mengandung prestise rendah, seperti pramuniaga toko atau tukang hamburger di suatu restoran cepat saji. Status dapat pula dipandang rendah, seperti laki-laki jalanan, mantan narapidana, seorang pencuri. Kita semua menduduki berbagai status pada waktu yang bersamaan. Anda dapat secara bersamaan menjadi seorang anak laki-laki (anak perempuan), seorang pekerja, dan seorang mahasiswa. Para sosiolog menggunakan istilah perangkat status untuk merujuk semua status atau posisi yang anda duduki. Prangkat status anda berubah manakala status-status khas anda berubah. Jika anda lulus dari Perguruan Tinggi mendapatkan pekerjaan penuh waktu, menikah, membeli sebuah rumah, mempunyai anak, dan seterusnya, misalnya perangkat status anda berubah untuk meliputi status posisi kerja, pasangan hidup, pemilik rumah, dan orang tua.
d.      Peran Sosial
Setiap anggota masyarakat memiliki peranan masing-masing sesuai status atau kedudukan sosialnya di masyarakat. Peranan menunjukkan hak dan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh seseorang sehubungan dengan status yang dimilikinya. Apabila seseorang telah melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan statusnya di masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut telah menjalankan suatu peranan. Sebagaimana halnya dalam status sosial, setiap orang juga mempunyai bermacam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Mengingat peranan berasal dari pola pergaulan hidupnya di masyarakat, maka peranan menentukan apa yang akan diperbuatnya dan kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat yang ada di sekitarnya terhadap dirinya. Dengan demikian peranan mempunyai fungsi yang sangat penting karena mengatur perilaku seseorang dalam masyarakat yang didasarkan pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
e.       Kelompok
Kelompok adalah sejumlah orang atau individu yang memiliki norma-norma, nilai-nilai dan harapan yang sama, serta secara sadar dan teratur saling berinteraksi. Kelompok memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah struktur sosial kemasyarakatan karena sebagian besar interaksi social berlangsung dalam kelompok dan dipengaruhi juga oleh unsur-unsur yang melekat dan dimiliki oleh kelompok di mana interaksi sosial ini berlangsung.Sementara itu, Anis da Rato mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kelompok adalah sejumlah orang, di mana satu sama lain terjalin hubungan, dan jalinan tersebut membentuk suatu struktur. Misalnya kelompok pengajian, karang taruna, dan berbagai perkumpulan yang ada di masyarakat.
f.       Institusi Sosial
Aspek yang paling mendasar dalam sebuah struktur social adalah institusi. Institusi merupakan pola terorganisir dari kepercayaan dan tindakan yang dipusatkan pada kebutuhan dasar sosial. Tujuan dibentuknya institusi adalah untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu dalam masyarakat. Misalnya dibentuknya institusi pendidikan (sekolah) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan, dibentuknya rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan perawatan kesehatan, dan lain-lain melalui insitusi ini dapat dilihat adanya struktur dalam  masyarakat.
Perspektif Mikrososiologi : Interaksi Sosial dalam Kehidupan Sehari-hari
Kalau pendekatan makrososiologi berfokus pada ciri luas masyarakat, maka pendekatan mikrososiologi berfokus lebih sempit. Mikrososiologi mempelajari interaksi tatap muka (face-to-face interaction); apa yang dilakukan orang sewaktu mereka berkumpul. Berikut ini adalah beberapa wilayah kehidupan sosiaal yang dikaji para mikrososiolog.
a.    Streotip dalam Kehidupan Sehari-hari
Seperti yang kita tahu, kesan pertama meletakkan dasar bagi interaksi. Pada saat kita pertama kali menuumpai seseorang, mau tidak mau kita harus memperhatikan seseorang, kita harus memperhatikan ciri yang nampak mencolok, khususnya jenis kelamin, ras, usia dan busana yang mereka kenakan. Asumsi kita mengenai ciri tersebut yang akan membentuk kesan pertama kita.
       Kesan pertama tersebut akan mempengaruhi bagaimana cara kita bertindak terhadap orang tersebut, dan juga sebaliknya bagaimana orang tersebut bertindak terhadap kita. Sebagai contoh, jika kita pertama kali bertemu dengan dosen pengajar kita. Saat pertama kali bertemu dengan dosen tersebut, yang pertama kali kita lakukan pastinya adalah mengamati cara berpakaian, jenis kelamin dan usia beliau. Melalui hal tersebut kita sudah membentuk kesan pertama kita yang akan mempengaruhi cara bertindak ataupun berbicara di depan dosen tersebut.
b.   Ruang Pribadi
Kita semua pasti membentengi diri kita dengan suatu “gelembung pribadi”. Kita akan cenderung untuk membuka gelembung tersebut hanya kepada orang-orang yang intim atau dekat dengan kita, baik itu teman ataupun keluarga. Terkadang bahkan hal-hal tersebut tidak dapat kita bagi dengan orang lain.
Seperti saat kita sedang di dalam suatu antrean, kita pasti akan menjaga jarak dengan orang yang ada di depan anda dan juga orang yang ada dibelakang anda agar kita tidak meyentuh orang yang berada di depan kita, dan kita tidak disentuh oleh orang yang berada di belakang kita.
c.    Daraturgi : Penyajian Diri dalam Kehidupan Sehari-hari
Sosiolog Erving Goffman (1992-1982) menambahkan suatu corak baru pada mikrososiologi di kala ia mengembangkan dramaturgi ( atau analisi dramatugis). Yang dimaksudkannya adalah bahwa kehidupan sosial bagaikan suatu drama atau pementasan: Kelahiran mengantarkan kita ke pentas kehiduapan sehari-hari, dan sosialisasi kita terdiri atas pembelajaran untuk dapat tampil di atas pementasan tersebut. Kita memiliki ide mengenai apa yang kita ingin orang berpikir mengenai kita, dan kita menggunakan peran kita dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan ide tersebut. Goffman menamakan upaya untuk memberi kesan orang lain terhadap kita sebagai manajemen kesan (impression management).
Menurut Goffman, dalam kehidupan sehari-hari kita melibatkan peran yang ditentukan terhadap kita. Kita memiliki pentas utama (front stage) di mana kita memainkan peran kita. Contohnya saat kita sedang melakukan presentasi di depan kelas. Kita juga memiliki pentas belakang (back stage), tempat di mana kita dapat menampilkan diri kita yang asli. Contohnya adalah ketika kita menutup pintu kamar untuk urusan pribadi.
Namun, terkadang apa yang diharapkan dari kita tidak sesuai dengan apa yang diharapkan kita dalam suatu peran lain. Masalah ini dikenal sebagai konflik peran. Biasanya kita dapat menghindari masalah ini dengan jalan memisahkan peraan-peran kita. Tetapi, terkadang peran yang sama juga dapat menimbulkan konflik, masalah tersebut dikenal sebagai ketegangan peran. Perbedaan di antara keduanya adalahbahwa konflik peran merupakan konflik yang terjadi di dalam suatu peran.
d.   Konstruksi Sosial Mengenai Realitas
Para penganut interaksionisme simbolik menekankan bahwa ide kita membantu penentuan realitas kita. Dalam apa yang dikenal sebagai definisi situasi. Sosiolog W.I Thomas dan Dorothy S. Thomas (1928) berkata: “Jika orang mendefinisikan situasi sebagai hal yang nyata, maka konsekuensinya adalah mereka nyata.”
Inilah yang merupakan konstruksi sosial mengenai realitas. Masyarakat kita, atau kelompok sosial di mana kita termasuk di dalamnya, memiliki pandangan hidup yang khas. Dari kelompo kita, kita mempelajari cara-cara khas untuk memandang kehidupan-apakah itu pandangan kita mengenai Hitler atau Saddam Hussein (mereka itu baik, mereka itu jahat), kuman (kuman ada, kuman tidak ada), atau hal lainnya yang sering kita temui dalam kehidupan.
Singkatnya, melalui interaksi kita dengan orang lain, kita mengkonstruksikan realitas, artinya, kita mempelajari cara-cara untuk menafsirkan pengalaman hidup kita.
Interaksi Sosial di Internet
Para mikrososiolog tidak hanya terpaku kepada interaksi  tatap muka saja. Mereka bahkan tertarik mempelajari interaksi sekecil apaun, bahkan percakapan seorang anak yang sedang bermain dengan mainannya. Komunikasi melalui internet merupakan salah satu interaksi yang tidak bersifat tatap muka. Bila dirumuskan secara teknis, interaksi sosial melalui internet mungkin dinamakan interaksi tatap muka dengan perangkat komputer.
            Untuk membantu mengkomunikasikan perasaan yang melandasi komunikasi sambung jaring orang telah mengembangkan apa yang disebut sebagai emoticon. Melalui emoticon ini kita dapat mengetahui apa yang berusaha dikomunikasikan oleh sesorang, dan sebaliknya kita dapat mengkomunikasikan perasaan kita melaluinya.
            Interaksi melalui internet dapat mempersatukan kita dengan orang-orang yang berada di belahan dunia manapun. Tetapi, seringkali yang menjadi masalah adalah interaksi sosial di internet ini justru bisa memisahkan kita dengan orang-orang yang berada di sekitar kita, seperti keluarga dan teman kita. Karena saat kita berinteraksi sosial dengan internet, kita tidak perlu mengkuatirkan suasana dan kepribadian orang lain. Jika kita merasa tidak nyaman dengan orang tersebut kita dapat dengan mudah keluar begitu saja. Tetapi hal ini tidak terjadi di dunia nyata. Di dunia nyata kita mau tidak mau harus mengahadapi berbagai jenis kepribadian yang memang terkadang tidak menyenangkan.
















Daftar Pustaka:
Henslin, James M.  2006. Essentials of Sociology: A Down to Earth Approach, Diterjemahkan oleh Katamso Sunarto. 2007. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga.            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar