Perspektif
Makrososiologi: Struktur Sosial
Struktur sosial merujuk pada pola khas
suatu kelompok, seperti hubungan yang lazim antara kaum laki-laki dan
perempuan, atau antara para mahasiswa dan pengajar. Arti penting sosiologi
struktur sosial ialah bahwa struktur sosial memandu perilaku kita.
Karena pengaruh struktur sosial sangat
meentukan siapa diri kita dan seperti apa kita terlihat, berikut beberapa
komponen utamanya:
a.
Kebudayaan
Para sosiolog
mempergunakan istilah kebudayaan untuk merujuk bahasa, kepercayaan, nilai,
perilaku, dan bahkan gerak-isyarat suatu kelompok. Kebudayaan merupakan rangka
terluas yang menentukan kita menjadi orang yang bagaimana. Jika kita dibesarkan
di kebudayaan Eskimo, Jepang, Arab, atau Amerika, kita akan tumbuh seperti
kebanyakan orang Eskomo, Jepang, Arab, atau Amerika. Dari luar kita akan nampak
dan bertindak seperti mereka; sedangkan di dalam kita akan berpikir dan
berperasaan seperti mereka.
b.
Kelas
Sosial
Untuk
dapat memahami orang, kita harus mempelajari lokasi sosial yang mereka tempati
dalam kehidupan. Yang paling berperan ialah kelas sosial, yang didasarkan pada
penghasilan, pendidikan, dan perstise pekerjaan. Orang-orang yang memiliki
penghasilan dan pendidikan yang sama dan bekerja dalam bidang yang prestisenya
sedikit-banyak sebanding membentuk kelas sosial.
c.
Status
Sosial
Para sosiolog mempergunakan istilah
status untuk merujuk posisi yang diduduki seseorang. Posisi tersebut dapat
mengandung prestise tinggi, seperti hakim atau astronot, atau mengandung
prestise rendah, seperti pramuniaga toko atau tukang hamburger di suatu
restoran cepat saji. Status dapat pula dipandang rendah, seperti laki-laki
jalanan, mantan narapidana, seorang pencuri. Kita semua menduduki berbagai
status pada waktu yang bersamaan. Anda dapat secara bersamaan menjadi seorang
anak laki-laki (anak perempuan), seorang pekerja, dan seorang mahasiswa. Para
sosiolog menggunakan istilah perangkat status untuk merujuk semua status atau
posisi yang anda duduki. Prangkat status anda berubah manakala status-status
khas anda berubah. Jika anda lulus dari Perguruan Tinggi mendapatkan pekerjaan
penuh waktu, menikah, membeli sebuah rumah, mempunyai anak, dan seterusnya,
misalnya perangkat status anda berubah untuk meliputi status posisi kerja,
pasangan hidup, pemilik rumah, dan orang tua.
d.
Peran
Sosial
Setiap anggota
masyarakat memiliki peranan masing-masing sesuai status atau kedudukan
sosialnya di masyarakat. Peranan menunjukkan hak dan kewajiban-kewajiban yang
harus dilakukan oleh seseorang sehubungan dengan status yang dimilikinya.
Apabila seseorang telah melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan statusnya di
masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut telah menjalankan suatu peranan.
Sebagaimana halnya dalam status sosial, setiap orang juga mempunyai
bermacam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya.
Mengingat peranan berasal dari pola pergaulan hidupnya di masyarakat, maka
peranan menentukan apa yang akan diperbuatnya dan kesempatan apa yang diberikan
oleh masyarakat yang ada di sekitarnya terhadap dirinya. Dengan demikian
peranan mempunyai fungsi yang sangat penting karena mengatur perilaku seseorang
dalam masyarakat yang didasarkan pada norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.
e.
Kelompok
Kelompok adalah
sejumlah orang atau individu yang memiliki norma-norma, nilai-nilai dan harapan
yang sama, serta secara sadar dan teratur saling berinteraksi. Kelompok
memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah struktur sosial kemasyarakatan
karena sebagian besar interaksi social berlangsung dalam kelompok dan
dipengaruhi juga oleh unsur-unsur yang melekat dan dimiliki oleh kelompok di
mana interaksi sosial ini berlangsung.Sementara itu, Anis da
Rato mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kelompok adalah sejumlah
orang, di mana satu sama lain terjalin hubungan, dan jalinan tersebut membentuk
suatu struktur. Misalnya kelompok pengajian, karang taruna, dan berbagai
perkumpulan yang ada di masyarakat.
f.
Institusi
Sosial
Aspek yang paling
mendasar dalam sebuah struktur social adalah institusi. Institusi merupakan
pola terorganisir dari kepercayaan dan tindakan yang dipusatkan pada kebutuhan
dasar sosial. Tujuan dibentuknya institusi adalah untuk memenuhi suatu
kebutuhan tertentu dalam masyarakat. Misalnya dibentuknya institusi pendidikan
(sekolah) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan, dibentuknya
rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan perawatan kesehatan, dan
lain-lain melalui insitusi ini dapat dilihat adanya struktur dalam
masyarakat.
Perspektif
Mikrososiologi : Interaksi Sosial dalam Kehidupan Sehari-hari
Kalau pendekatan
makrososiologi berfokus pada ciri luas masyarakat, maka pendekatan
mikrososiologi berfokus lebih sempit. Mikrososiologi mempelajari interaksi
tatap muka (face-to-face interaction);
apa yang dilakukan orang sewaktu mereka berkumpul. Berikut ini adalah beberapa
wilayah kehidupan sosiaal yang dikaji para mikrososiolog.
a.
Streotip
dalam Kehidupan Sehari-hari
Seperti yang kita tahu, kesan pertama
meletakkan dasar bagi interaksi. Pada saat kita pertama kali menuumpai
seseorang, mau tidak mau kita harus memperhatikan seseorang, kita harus
memperhatikan ciri yang nampak mencolok, khususnya jenis kelamin, ras, usia dan
busana yang mereka kenakan. Asumsi kita mengenai ciri tersebut yang akan
membentuk kesan pertama kita.
Kesan pertama tersebut akan mempengaruhi
bagaimana cara kita bertindak terhadap orang tersebut, dan juga sebaliknya
bagaimana orang tersebut bertindak terhadap kita. Sebagai contoh, jika kita
pertama kali bertemu dengan dosen pengajar kita. Saat pertama kali bertemu
dengan dosen tersebut, yang pertama kali kita lakukan pastinya adalah mengamati
cara berpakaian, jenis kelamin dan usia beliau. Melalui hal tersebut kita sudah
membentuk kesan pertama kita yang akan mempengaruhi cara bertindak ataupun
berbicara di depan dosen tersebut.
b.
Ruang
Pribadi
Kita semua pasti membentengi diri kita
dengan suatu “gelembung pribadi”. Kita akan cenderung untuk membuka gelembung
tersebut hanya kepada orang-orang yang intim atau dekat dengan kita, baik itu
teman ataupun keluarga. Terkadang bahkan hal-hal tersebut tidak dapat kita bagi
dengan orang lain.
Seperti saat kita sedang di dalam suatu
antrean, kita pasti akan menjaga jarak dengan orang yang ada di depan anda dan
juga orang yang ada dibelakang anda agar kita tidak meyentuh orang yang berada
di depan kita, dan kita tidak disentuh oleh orang yang berada di belakang kita.
c.
Daraturgi
: Penyajian Diri dalam Kehidupan Sehari-hari
Sosiolog Erving Goffman (1992-1982)
menambahkan suatu corak baru pada mikrososiologi di kala ia mengembangkan
dramaturgi ( atau analisi dramatugis). Yang dimaksudkannya adalah bahwa
kehidupan sosial bagaikan suatu drama atau pementasan: Kelahiran mengantarkan
kita ke pentas kehiduapan sehari-hari, dan sosialisasi kita terdiri atas
pembelajaran untuk dapat tampil di atas pementasan tersebut. Kita memiliki ide
mengenai apa yang kita ingin orang berpikir mengenai kita, dan kita menggunakan
peran kita dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan ide tersebut.
Goffman menamakan upaya untuk memberi kesan orang lain terhadap kita sebagai
manajemen kesan (impression management).
Menurut Goffman, dalam kehidupan
sehari-hari kita melibatkan peran yang ditentukan terhadap kita. Kita memiliki
pentas utama (front stage) di mana
kita memainkan peran kita. Contohnya saat kita sedang melakukan presentasi di
depan kelas. Kita juga memiliki pentas belakang (back stage), tempat di mana kita dapat menampilkan diri kita yang
asli. Contohnya adalah ketika kita menutup pintu kamar untuk urusan pribadi.
Namun, terkadang apa yang diharapkan
dari kita tidak sesuai dengan apa yang diharapkan kita dalam suatu peran lain.
Masalah ini dikenal sebagai konflik peran. Biasanya kita dapat menghindari
masalah ini dengan jalan memisahkan peraan-peran kita. Tetapi, terkadang peran
yang sama juga dapat menimbulkan konflik, masalah tersebut dikenal sebagai
ketegangan peran. Perbedaan di antara keduanya adalahbahwa konflik peran
merupakan konflik yang terjadi di dalam suatu peran.
d.
Konstruksi
Sosial Mengenai Realitas
Para penganut interaksionisme simbolik
menekankan bahwa ide kita membantu penentuan realitas kita. Dalam apa yang
dikenal sebagai definisi situasi.
Sosiolog W.I Thomas dan Dorothy S. Thomas (1928) berkata: “Jika orang
mendefinisikan situasi sebagai hal yang nyata, maka konsekuensinya adalah
mereka nyata.”
Inilah yang merupakan konstruksi sosial
mengenai realitas. Masyarakat kita, atau kelompok sosial di mana kita termasuk
di dalamnya, memiliki pandangan hidup yang khas. Dari kelompo kita, kita
mempelajari cara-cara khas untuk memandang kehidupan-apakah itu pandangan kita
mengenai Hitler atau Saddam Hussein (mereka itu baik, mereka itu jahat), kuman
(kuman ada, kuman tidak ada), atau hal lainnya yang sering kita temui dalam
kehidupan.
Singkatnya, melalui interaksi kita
dengan orang lain, kita mengkonstruksikan
realitas, artinya, kita mempelajari cara-cara untuk menafsirkan pengalaman
hidup kita.
Interaksi Sosial di
Internet
Para
mikrososiolog tidak hanya terpaku kepada interaksi tatap muka saja. Mereka bahkan tertarik
mempelajari interaksi sekecil apaun, bahkan percakapan seorang anak yang sedang
bermain dengan mainannya. Komunikasi melalui internet merupakan salah satu
interaksi yang tidak bersifat tatap muka. Bila dirumuskan secara teknis,
interaksi sosial melalui internet mungkin dinamakan interaksi tatap muka dengan
perangkat komputer.
Untuk membantu mengkomunikasikan
perasaan yang melandasi komunikasi sambung jaring orang telah mengembangkan apa
yang disebut sebagai emoticon.
Melalui emoticon ini kita dapat
mengetahui apa yang berusaha dikomunikasikan oleh sesorang, dan sebaliknya kita
dapat mengkomunikasikan perasaan kita melaluinya.
Interaksi melalui internet dapat
mempersatukan kita dengan orang-orang yang berada di belahan dunia manapun.
Tetapi, seringkali yang menjadi masalah adalah interaksi sosial di internet ini
justru bisa memisahkan kita dengan orang-orang yang berada di sekitar kita,
seperti keluarga dan teman kita. Karena saat kita berinteraksi sosial dengan
internet, kita tidak perlu mengkuatirkan suasana dan kepribadian orang lain.
Jika kita merasa tidak nyaman dengan orang tersebut kita dapat dengan mudah
keluar begitu saja. Tetapi hal ini tidak terjadi di dunia nyata. Di dunia nyata
kita mau tidak mau harus mengahadapi berbagai jenis kepribadian yang memang
terkadang tidak menyenangkan.
Daftar Pustaka:
Henslin,
James M. 2006. Essentials of Sociology:
A Down to Earth Approach, Diterjemahkan oleh Katamso Sunarto. 2007. Sosiologi
Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar