Sabtu, 22 Desember 2012

Resume Kelompok II Gangnam Style sebagai Suatu Fenomena



Resume Kelompok II
Gangnam Style sebagai Suatu Fenomena

            Kelompok II yang beranggotakan saya Cecilia Pretty Grafiani, Kasilda Yosi, Astasari Dharmesti, Michael Dewa dan Imelda Triningsih mengambil tema dalam tugas Filsafat Sains dan Teknologi mengenai fenomena Gangnam Style. Alasan kami untuk memilih tema ini karena kami melihat bahwa tarian Gangnam Style yang dipopulerkan oleh PSY dari Korea Selatan menjadi sebuah latah atau kebiasaan masyarakat tak hanya di Indonesia namun di seluruh dunia. Budaya latah yang dilakukan masyarakat ini menjadi sebuah fenomena yang hingga sekarang masih tetap dilakukan.

ü  Kaitan tokoh yang dipilih dengan filsafat sains dan teknologi
Tokoh yang kami gunakan adalah Edmund Husserl yang merupakan seorang ahli ilmu pasti dan professor filsafat dari Universitas Freiburg di Breisgau (Jerman Selatan) kira-kira satu abad. Menurut Smith fenomenologi Husserl adalah sebuah upaya untuk memahami kesadaran sebagaimana dialami dari sudut pandang orang pertama. Secara literal fenomenologi adalah studi tentang fenomena, atau tentang segala sesuatu yang tampak bagi kita di dalam pengalaman subyektif, atau tentang bagaimana kita mengalami segala sesuatu di sekitar kita. Setiap orang pada dasarnya pernah melakukan praktek fenomenologi.
     Bagi Husserl fenomenologi adalah suatu bentuk ilmu mandiri yang berbeda dari ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial. Dengan fenomenologi Husserl mau menantang semua pendekatan yang bersifat biologis-mekanistik tentang kesadaran manusia, seperti pada psikologi positivistik maupun pada neurosains. Ia menyebut fenomenologi sebagai ilmu pengetahuan transendental (transcendental science), yang dibedakan dengan ilmu pengetahuan naturalistik (naturalistic science), seperti pada fisika maupun biologi. Dan seperti sudah disinggung sebelumnya, perbedaan utama fenomenologi dengan ilmu-ilmu alam, termasuk psikologi positivistik, adalah peran sentral makna di dalam pengalaman manusia (meaning in experience). Fenomenologi tidak mengambil langkah observasi ataupun generalisasi di dalam penelitian tentang manusia, seperti yang lazim ditemukan pada psikologi positivistik.
Fenomenologi Husserlian adalah ilmu tentang esensi dari kesadaran. Namun apa sebenarnya yang dimaksud dengan esensi dari kesadaran? Berdasarkan penelitian Smith fenomenologi Husserl dibangun di atas setidaknya dua asumsi. Yang pertama, setiap pengalaman manusia sebenarnya adalah satu ekspresi dari kesadaran. Seseorang mengalami sesuatu. Ia sadar akan pengalamannya sendiri yang memang bersifat subyektif. Dan yang kedua, setiap bentuk kesadaran selalu merupakan kesadaran akan sesuatu. Ketika berpikir tentang makanan, anda membentuk gambaran tentang makanan di dalam pikiran anda. Ketika melihat sebuah mobil, anda membentuk gambaran tentang mobil di dalam pikiran anda. Inilah yang disebut Husserl sebagai intensionalitas (intentionality), yakni bahwa kesadaran selalu merupakan kesadaran akan sesuatu.
ü  Contoh nyata aplikasi serta implikasi dari pemikiran tokoh
            Seperti apa yang telah dijelaskan di atas, fenomenologi merupakan sebuah ilmu studi tentang fenomena, atau tentang segala sesuatu yang tampak bagi kita di dalam pengalaman subyektif, atau tentang bagaimana kita mengalami segala sesuatu di sekitar kita. Begitu juga dengan tarian Gangnam Style yang merupakan aplikasi dari ilmu fenomena ini. Tidak hanya terkenal di daerah asalnya di Korea Selatan, tarian yang fenomenal ini juga telah berkembang luas ke pelosok dunia. Termasuk Indonesia sendiri. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa pun tau akan tarian ini.  Tidak hanya masyarakat biasa, mulai dari artis, politisi juga ‘ngeh’ dengan tarian ini.
Menurut Husserl fenomenologi adalah sebuah ilmu tentang esensi dari kesadaran yang di bangun dari dua asumsi. Yang pertama, setiap pengalaman manusia sebenarnya adalah satu ekspresi dari kesadaran. Seseorang mengalami sesuatu. Ia sadar akan pengalamannya sendiri yang memang bersifat subyektif. Dan yang kedua, setiap bentuk kesadaran selalu merupakan kesadaran akan sesuatu.
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa Gangnam Style salah satu fenomena yang didasarkan pada sebuah pengalaman manusia yang merupakan sebuah ekspresi dari suatu kesadaran. Seperti contoh, seseorang yang menonton video tersebut. Menurutnya video tersebut menarik, sehingga ia mengikuti gerakannya yang merupakan suatu bentuk sebuah ekspresi secara sadar. Ketertarikannya kepada tarian tersebut, diekspresikannya dengan menari-nari pada lingkungan pergaulannya yang membuat teman-teman dilingkungan tersebut merasa ingin tahu kemudian mencoba untuk menirunya. Penyebaran tarian tersebut terjadi dimulai dari kelompok kecil disekitarnya, hal itu kemudian menyebar melalui individu dalam anggota kelompok tersebut. Selanjutnya, menyebar ke dalam kelompok besar yang kemudian mewabah seperti yang terjadi saat ini. Hal inilah yang menjadi fenomena yang terjadi pada Gangnam Style.
            Yang menjadi implikasi dari sebuah fenomena ini adalah banyaknya video-video berbentuk flashmob atau tarian yang dilakukan secara masal terjadi. Tidak hanya di Indonesia, hampir seluruh belahan dunia memflashmobkan tarian ini dan di apload ke dalam YouTube. Seperti berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian mata dunia, mereka berusaha dengan cara unik untuk memflashmobkan tarian ini.
Selain flashmob, implikasi yang terjadi adalah semakin maraknya berita mengenai Korea. Hal ini juga sangat berdampak dengan artis-artis Korea lainnya. Dengan kemunculan PSY sebagai pelopor tarian Gangnam Style ini membuat mata masyrakat dunia tertuju pada Korea dan seisinya. Masyarakat yang melihat akan bertanya-tanya siapa dia, dari mana dan pasti akan mencari tahu. Nama-nama boyband atau girlband lain yang berasal dari Korea juga ikut melejit seiring dengan keluarnya PSY di kanca musik dunia. Seperti 2PM, BigBang, Girls Generation, EXO, dan masih banyak lagi. Dampak lainnya adalah dari segi penampilan para remaja yang sekarang mengikuti tren gaya Korea. Mulai dari warna rambut, pakaian, kosmetik, tarian dan masih banyak lagi.
ü  Hubungan masalah dengan filsafat sains dasn teknologi
Dalam penyebaran ini juga sangat tidak pernah lepas dari yang namanya teknologi. Kecanggihan teknologi yang semakin hari semakin meningkat, sangat berpengaruh dalam penyebaran tarian Gangnam Style. Jika di runtutkan, ketika akan merekam kita menggunakan alat rekam yang bisa berupa handycam, camera pocket, Handphone, dan lainnya. Kemudian ketika kita ingin mengsharekan video tersebut sekarang ada yang namanya YouTube. YouTube adalah salah satu situs web video sharing (berbagi video) populer dimana penggunanya dapat memuat, menonton, dan berbagi klip video secara gratis. Ini lah yang membuat ketenaran seseorang bisa diukur dari jumlah viwers video itu sendiri. Semakin banyak yang melihat atau mengakses link tersebut, semakin terkenalah dia.
Gangnam Style merupakan bagian dari filsafat, ini ditinjau dari fenomena yang ditimbulkan tarian tersebut. Fenomenologi atau ilmu yang mempelajari tentang fenomena ini merupakan cabang dari ilmu filsafat. Dan hubungan Gangnam Style dengan sains atau ilmu adalah bagaimana Gangnam Style merupakan hasil dari ilmu dalam bidang tari. Tarian merupakan ilmu. Yang mana kemudian dikombinasikan dengan ilmu lainnya.
ü  Catatan kritis terhadap keseluruhan tugas yang telah dikerjakan dengan kelompok
Seperti yang saya sebutkan di atas, kelompok saya terdiri dari saya sendiri Cecilia Pretty Grafiani, Kasilda Yosie, Michael Dewa, Astasari Dharmesti dan Imelda Iriani. Awal pembentukan kelompok dikarenakan kami berlima sudah dekat antara satu sama lain. Ini berarti lebih mengetahui dan merasa nyaman jika harus menjadi satu tim. Ini juga terbukti dari kerja dan hasil yang kami lakukan. Dengan usaha dan niat agar bisa presentasi setelah kelompok pertama maju, kami bisa menyelesaikannya dengan tepat waktu.
Dalam mengerjakan tugas yang diberikan, saya membagi tugas kesetiap anggota. Seperti saya, Imesh, dan Dewa mengerjakan bagian makalah. Sedangkan Oci dan Melda membuat ppt dari makalah yang telah kami buat. Mengapa demikian? Ini dikarenakan di hari yang bersamaan dengan kami kerja kelompok, Oci dan Melda juga memiliki tugas lain yang tidak dapat ditinggalkan. Maka dari itu, kami sepakat untuk membagi tugas tersebut.
Banyak kendala yang terjadi hingga hari H-1 kami belum merampungkan bahan presentasi walaupun sudah di bagi tugas namun tetap belum selesai di H-1. Ini juga dikarenakan saya ada Workshop Integritas dan itu menginap dua hari satu malam. Imesh juga ada LDPKM. Dan untuk Dewa tugas yang saya berikan sudah di selsai, namun karena dari saya dan Imesh belum selesai akhirnya tertunda. Hingga H-1, makalah baru selesai sorenya. Dan malamnya Melda dan Oci membuat pptnya. Hingga besok paginya kami bisa presentasi dengan baik.
Catatan kritis yang bisa saya ambil adalah adanya komunikasi dan pembagian yang jelas sangat dibutuhkan dalam bekerja secara tim. Selain itu juga penguasaan atas materi yang dipresentasikan sangat penting. Tanpa penguasaan secara jelas dan rinci, akan membuat bingung antara kelompok yang presentasi maupun pendengar.  Pembagian waktu serta prioritas pekerjaan yang dilakukan juga termasuk ke dalam catatan ini. Kenapa? Karena setiap orang pasti memiliki kesibukan yang berbeda, namun dengan adanya prioritas kita jadi tahu mana yang harus didahulukan.

DAFTAR PUSTAKA
-          Wattimena, Reza.2011.Metodologgi Penelitian Filsafat.Yogyakarta: Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar