Selasa, 06 November 2012

Gangnam Style Sebagai Sebuah Fenomena



BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi memudahkan seseorang untuk mengakses situs dan mendapatkan berbagai informasi baik di dalam maupun di luar negeri. YouTube merupakan sebuah situs web video sharing (berbagi video) populer dimana penggunanya dapat memuat, menonton, dan berbagi klip video secara gratis. Umumnya video-video di YouTube adalah klip musik (video klip), film, TV, serta video buatan penggunanya sendiri. Banyak video yang menjadi terkenal setelah diunggah di YouTube salah satunya, video Gangnam Style dari rapper Korea PSY ini menjadi video YouTube paling populer.
Gangnam Style sudah tidak dapat dibantah menjadi salah satu hal yang paling fenomenal di tahun 2012 ini, mulai dari anak kecil hingga orang tua, mulai dari perkotaan dan merambah hingga ke pinggiran kota. Hampir semua media memberitakannya bahkan terkadang jadi topik hangat, banyak acara yang menyebut-nyebut Gangnam Style, bahkan berjoget Gangnam Style. Tarian tersebut tidak hanya ramai diperbincangkan di Indonesia saja tetapi sudah merambah ke berbagai negara, seperti diberitakan oleh mediaindonesia.com. Sejumlah peserta dari berbagai negara mengikuti parade jalanan festival tari lokal di kota Seoul, Korea Selatan melakukan tarian Gangnam Style.
Banyak orang ramai membuat Flashmob Gangnam Style, para artis papan atas dunia juga tidak ketinggalan untuk mencoba tarian Gangnam Style serta membuat cover-nya. Di tengah majunya industri hiburan khususnya musik Korea Selatan yang populer dengan istilah K-Pop, PSY sukses menawarkan sesuatu yang lain yakni jenis musik rap. Kini Gangnam Style telah sukses menembus pasar musik dunia termasuk di Amerika dan Eropa. PSY juga telah meruntuhkan anggapan bahwa musisi Korea yang bisa terkenal hanya mereka yang berwajah rupawan. PSY membuat jalan semakin terbuka lebar bagi para musisi Asia pada umumnya untuk bisa tampil dikancah musik Internasional.
Melihat keadaan tersebut tidak salah jika kemudian Gangnam Style dikatakan sebagai sebuah fenomena. Jika dikaitkan dengan pemikirian dasar kefilsafatan fenomena-fenomena yang tampak yang dipelajari dalam fenomenologi. Makna fenomenologi, ialah studi atas fenomena atau studi atas kesadaran dan pengalaman langsung. Singkatnya fenomenologi merupakan sebuah pendekatan filsafat yang berpusat pada analisis terhadap gejala yang menampakkan diri pada kesadaran seseorang. Jadi, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui  gejala dari sudut kefilsafatan khususnya fenomenologi mengenai Gangnam Style yang menjadi sebuah fenomena dikalangan masyarakat di seluruh dunia. 

BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Fenomenologi menurut Merleau Ponty

Transformasi obyek persepsi ke dalam pemikiran sangat ditentukan oleh kemampuan reflektif analitis melalui reduksi fenomenologis yang sangat ideal. Merleau-Ponty menolak gagasan Husserl yang menyatakan bahwa subyek harus menyadari keberadaan obyek dengan mentransformasi pengalaman ke dalam pemikiran. Reduksi tidaklah diperoleh dari penyatuan kesadaran dengan dunia di luar diri manusia, tetapi merupakan salah satu bentuk perhatian yang muncul dari dalam diri manusia karena itu merupakan suatu konsep pengenalan dunia melalui persepsi antara pengalaman dan pemikiran. Metode refleksi fenomenologis
Merleau-Ponty terletak pada tiga tautan terminologis. Pertama, metode refleksi yang dipahami sebagai cara kerja bagi penelitian dan pemikiran filsafat. Kedua, refleksi fenomenologis yang bertujuan mengeksplisitasi realitas dengan tujuan filsafat. Ketiga, fenomenologi Merleau-Ponty menjembatani keterputusan diskursus metafisik-epistemologis antara beberapa generasi filsafat kontemporer.
Fenomenologi Merleau-Ponty menyatakan sebuah penolakan atas dominasi filsafat Barat kontemporer yang menurutnya mengidap tendensi ganda, yaitu empirisme dan intelektualisme pada sisi yang berbeda. Menghadapi tendensi itu, tidak heran jika konseptualisasi fenomenologi Merleau-Pontian melahirkan teori fenomenologi positif. Merleau-Ponty memahami fenomenologi sebagai cara berfilsafat yang jauh dari sebuah doktrin di mana fenomenologi dapat dipraktekkan dan dikenali sebagai suatu cara atau gaya (berpikir).
Untuk melakukan refleksi fenomenologis, diperlukan epoche dengan membuang rasa percaya yang melekat pada persepsi masing-masing. Fenomenologi tidak dapat dipelajari secara verbal dan melalui sebuah otoritas, karena dengan fenomenologi terjadi hubungan langsung antara subyek dengan dunia. Di sini, fenomenologi memberikan deskripsi, bukan eksplanasi. Fenomenologi tidak mengandalkan eksplanasi dari hal-hal yang bersifat sosiologis dan fisik.
Karakter fundamental refleksi fenomenologis Merleau-Ponty yang menggabungkan dunia dengan relasi subyek-obyeknya, berdampak secara signifikan dalam perkembangan dan penelitian bidang ilmu–ilmu sosial. Pergeseran ke arah metode kualitatif dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, khususnya yang berkaitan dengan perilaku manusia tidak dapat menafikan kontribusi yang diterima dari kebangkitan psikologi fenomenologis.
Penelitian psikologi fenomenologis yang dalam pemahamannya atas dunia pengalaman manusia dan situasinya lebih ditekankan seringkali ditemukan banyak jenis metode psikologi fenomenologis yang sama dengan fenomenologi Merleau-Ponty. Metode-metode penelitian dalam psikologi fenomenologis menerapkan pertimbangan-pertimbangan naratif dan wawancara-wawancara kualitatif, sedangkan Marleau-Ponty lebih pada refleksi personal penelitinya.

B.     Fenomenologi menurut Edmund Husserl

Menurut Smith fenomenologi Husserl adalah sebuah upaya untuk memahami kesadaran sebagaimana dialami dari sudut pandang orang pertama. Secara literal fenomenologi adalah studi tentang fenomena, atau tentang segala sesuatu yang tampak bagi kita di dalam pengalaman subyektif, atau tentang bagaimana kita mengalami segala sesuatu di sekitar kita. Setiap orang pada dasarnya pernah melakukan praktek fenomenologi.
Bagi Husserl fenomenologi adalah suatu bentuk ilmu mandiri yang berbeda dari ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial. Dengan fenomenologi Husserl mau menantang semua pendekatan yang bersifat biologis-mekanistik tentang kesadaran manusia, seperti pada psikologi positivistik maupun pada neurosains. Ia menyebut fenomenologi sebagai ilmu pengetahuan transendental (transcendental science), yang dibedakan dengan ilmu pengetahuan naturalistik (naturalistic science), seperti pada fisika maupun biologi. Dan seperti sudah disinggung sebelumnya, perbedaan utama fenomenologi dengan ilmu-ilmu alam, termasuk psikologi positivistik, adalah peran sentral makna di dalam pengalaman manusia (meaning in experience). Fenomenologi tidak mengambil langkah observasi ataupun generalisasi di dalam penelitian tentang manusia, seperti yang lazim ditemukan pada psikologi positivistik.
Fenomenologi Husserlian adalah ilmu tentang esensi dari kesadaran. Namun apa sebenarnya yang dimaksud dengan esensi dari kesadaran? Berdasarkan penelitian Smith fenomenologi Husserl dibangun di atas setidaknya dua asumsi. Yang pertama, setiap pengalaman manusia sebenarnya adalah satu ekspresi dari kesadaran. Seseorang mengalami sesuatu. Ia sadar akan pengalamannya sendiri yang memang bersifat subyektif. Dan yang kedua, setiap bentuk kesadaran selalu merupakan kesadaran akan sesuatu. Ketika berpikir tentang makanan, anda membentuk gambaran tentang makanan di dalam pikiran anda. Ketika melihat sebuah mobil, anda membentuk gambaran tentang mobil di dalam pikiran anda. Inilah yang disebut Husserl sebagai intensionalitas (intentionality), yakni bahwa kesadaran selalu merupakan kesadaran akan sesuatu.

BAB III
PEMBAHASAN

Di Balik Arti Lagu Gangnam Style

Gangnam adalah sebuah daerah di Korea Selatan yang mempunyai perekonomian yang sangat menonjol, itulah yang menyebabkan kota ini menjadi simbol kemakmuran di korsel.
Di Gangnam mempunyai budaya hidup mewah, sebagian pemudanya bergaya mewah, tetapi bagi yang tidak sanggup mengikuti bergaya mewah, mereka rela untuk gali lubang tutup lubang, karena merka tidak ingin di pandang rendah.
Gangnam juga menjadi surganya untuk operasi plastik, karena hampir 90 persen dari 300-an klinik operasi plastik di Korea Selatan ada disini. Namun tidak begitu menurut Park Jae Sang. Dalam videonya ini dia mencibir, bagaimana orang-orang Korea tergila-gila pada penampilan fisik yang “sempurna”.
Di Korea Selatan, ada sebuah lelucon mengenai 'wanita kecap asin' atau Doenjangnyeo. Istilah ini diperuntukan untuk wanita yang rela memakan mie murah seharga belasan ribu rupiah tapi selalu menikmati kopi mahal seperti Starbucks yang berharga berkali-kali lipat lebih mahal. Artinya, wanita-wanita ini hanya mau mengeluarkan sedikit uang untuk kebutuhan pokok, namun berani membayar mahal untuk kebutuhan tambahan, contohnya meminum kopi. Karena banyaknya orang yang 'terjangkit' oleh fenomena ini, toko kopi menjadi menjamur dimana-mana, terutama di daerah elit seperti Gangnam.
Isi lagu ini, menceritakan seorang pemuda yang menggoda gadis seksi, dan mengaku sebagai pemuda gangnam. Dan seorang gadis yang suka minum kopi, berpakaian seksi, memakai pakaian bagus, dan melakukan kegiatan santai ala orang kaya.




Hubungan Gangnam Style dengan Teori Fenomenologi Filsafat Modern

Seperti yang telah dibahas sekilas di pendahuluan bahwa fenomena Gangnam Style sangat mempengaruhi masyarakat Korea dan terlebih lagi di seluruh dunia. Awalnya Gangnam Style mewabah ke seluruh kalangan yang di pengaruhi juga karena adanya Korean wave yang melanda dunia. Oleh karena itu Gangnam Style oleh PSY dapat diterima secara luas. Penampilan serta tarian yang unik juga menjadi faktor utama lagu tersebut mejadi popular.
Penyebaran tren Gangnam Style ini juga tidak bisa dipungkiri dari perkembangan teknologi yang semakin canggih. Dengan adanya YouTube sebagai situs web video sharing popular dimana para penggunanya dapat memuat dan menonton serta berbagi video klip secara online. Selain itu, dengan adanya pemberitaan oleh social media melalui twitter maupun Facebook serta pemberitaan di TV juga menjadi faktor utama boomingnya fenomena Gangnam Style.
Pembuktian bahwa Gangnam Style menjadi sebuah fenomena dapat dilihat dari hasil kesuksesan yang di raih. Pertama, jika di lihat dari jumlah viewer yang mencapai 648 juta manusia yang melihat video tersebut. Kedua jika dilihat dari aksi atau respon masyarakat yang mengikuti gerakan Gangnam Style yang manjadi sebuah “latah” masyarakat. Dapat dilihat dengan adanya flashmob yang dilakukan di berbagai negara. Ketiga informasi dari mulut kemulut yang membuat Gangnam Style menjadi sebuah fenomena yang mendunia.
Menurut Husserl fenomenologi adalah sebuah ilmu tentang esensi dari kesadaran yang di bangun dari dua asumsi. Yang pertama, setiap pengalaman manusia sebenarnya adalah satu ekspresi dari kesadaran. Seseorang mengalami sesuatu. Ia sadar akan pengalamannya sendiri yang memang bersifat subyektif. Dan yang kedua, setiap bentuk kesadaran selalu merupakan kesadaran akan sesuatu.
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa Gangnam Style salah satu fenomena yang didasarkan pada sebuah pengalaman manusia yang merupakan sebuah ekspresi dari suatu kesadaran. Seperti contoh, seseorang yang menonton video tersebut. Menurutnya video tersebut menarik, sehingga ia mengikuti gerakannya yang merupakan suatu bentuk sebuah ekspresi secara sadar. Ketertarikannya kepada tarian tersebut, diekspresikannya dengan menari-nari pada lingkungan pergaulannya yang membuat teman-teman dilingkungan tersebut merasa ingin tahu kemudian mencoba untuk menirunya. Penyebaran tarian tersebut terjadi dimulai dari kelompok kecil disekitarnya, hal itu kemudian menyebar melalui individu dalam anggota kelompok tersebut. Selanjutnya, menyebar ke dalam kelompok besar yang kemudian mewabah seperti yang terjadi saat ini. Hal inilah yang menjadi fenomena yang terjadi pada Gangnam Style.






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar